PERBEDAAN MUTLAK

Perbedaan Mutlak ( Makna Rahmat )


 Ilustrasi Rahmat, sumber : leimena.org: Hak & Tanggungjawab hidup





 

Uwais, seorang Sufi, pernah ditanya:
'Apakah makna rahmat bagi Anda?'
Jawabnya:
'Setiap kali bangun pagi, aku merasa cemas, apakah aku masih akan hidup petang nanti.'
Kata si penanya:
'Tetapi bukankah semua orang tahu akan hal itu?'
Jawab Uwais:
'Mereka memang tahu. Tetapi tidak semua merasakannya.'
Tidak pernah seorang menjadi mabuk hanya karena mengetahui arti kata 'anggur'.




Sumber:
Burung Berkicau,
Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka,
Cetakan 7, 1994
Read more ...

DEBAT DAN PERSEPSI KALAH MENANG

DIALOG PERDAGANGAN UNTUK MENGINAP

 
Asalkan memajukan dan memenangkan sebuah argumentasi tentang agama  Buddha   
dengan  orang-orang  yang  tinggal  di  sana, seorang  bhikshu kelana boleh menginap 
di sebuah vihara Zen. Jika kalah, ia harus pergi dan melanjutkan perjalanan.
 
 
Debat, sumber : di sini
 
Di sebuah vihara di belahan  utara  Jepang,  tinggallah  dua orang  bhikshu.   
Yang  lebih  tua adalah seorang terpelajar, sedangkan yang lebih  muda  adalah  orang  bodoh  dan  hanya
mempunyai sebuah mata.
 
Seorang  bhikshu datang dan memohon  untuk  menginap.  Sebagaimana biasanya, ia  menantang   
mereka  untuk  berdebat tentang  ajaran  yang  tertinggi.
Saudara  yang  lebih tua, karena keletihan belajar sepanjang hari itu, meminta saudara
mudanya   untuk   menggantikannya. 
"Pergilah   dan  hadapi dialognya dengan tenang," ia memperingatkan.
 
Demikianlah, bhikshu muda dan orang asing itu pergi ke altar dan duduk.
 
Tidak  lama  kemudian, pendatang itu bangkit dan menghampiri saudara tua dan berkata, 
"Saudara muda anda  adalah  seorang yang mengagumkan. Ia mengalahkan aku."
 
"Ceritakan dialog itu kepadaku," kata saudara yang tua.
 
"Baiklah," jelas si pendatang, 
"Pertama-tama, saya mengacungkan  sebuah  jari,  melambangkan  Buddha,  Ia  yang
mencapai Pencerahan.
Ia   pun   mengacungkan  dua  jari, melambangkan Buddha beserta ajaran Beliau. 
 
Saya mengacungkan tiga jari, melambangkan Buddha, ajaran, dan pengikut Beliau,
yang hidup dalam  keharmonisan. 
Kemudian,  ia  melayangkan
kepalan tinjunya   ke wajah saya, menunjukkan bahwa ketiga-tiganya berasal dari kebijaksanaan. 
Demikianlah  dia menang  dan  saya tidak berhak untuk menetap. " Setelah itu,
si pendatang pun pergi.
 
 
"Kemanakah rekan itu?" tanya saudara muda, berlari menjumpai saudara tuanya.  
"Saya tahu anda memenangkan perdebatan tadi."
"Menang apa! Saya ingin memukulnya."
"Ceritakanlah  tentang  perdebatan  tadi," pinta saudara tua itu.
"Mengapa, begitu melihat saya, ia  mengacungkan  satu  jari, menghina  saya  dengan  menyindir 
bahwa saya hanya mempunyai sebuah mata. 
Oleh karena ia adalah pendatang, saya kira saya harus bertindak sopan terhadapnya, 
sehingga saya mengacungkan dua jari, bersyukur  baginya  karena  mempunyai dua   mata.
Kemudian, bedebah yang tidak sopan itu mengacungkan tiga jari, menyiratkan  bahwa  di  antara  kita
berdua  hanya ada tiga bola mata. 
Oleh karenanya, saya marah dan  mulai  meninjunya,  tetapi ia berlari keluar 
dan perdebatan itu pun berakhir."
 
 
 
 
Sumber:
Daging ZEN Tulang ZEN
Bunga Rampai Karya Tulis Pra-Zen dan Zen
Dikumpulkan oleh: Paul Reps
Edisi Keenam Oktober 1996
Yayasan Penerbit Karaniya
Read more ...