IKAN KECIL
'Maaf,
kawan,'
kata seekor ikan laut kepada seekor ikan lain.
'Anda lebih tua
dan lebih berpengalaman daripada saya. Di manakah saya dapat menemukan
laut? Saya sudah mencarinya di mana-mana, tetapi sia-sia saja!'
'Laut,' kata ikan yang lebih tua, 'adalah tempat engkau berenang sekarang ini.'
'Ha?
Ini hanya air saja! Yang kucari adalah laut,' sangkal ikan yang muda.
Dengan perasaan sangat kecewa ia pergi mencarinya di tempat lain.
Ia
datang menghadap sang Guru dengan mengenakan jubah sanyasi.[01]
Ia pun
berbicara dalam bahasa sanyasi: 'Sudah bertahun-tahun lamanya aku
mencari Tuhan. Telah kutinggalkan rumahku dan telah kucari Dia di mana
pun Dia berada. Kata orang, Dia ada di puncak-puncak gunung, di
tengah-tengah padang gurun, dalam keheningan biara-biara dan di dalam
gubuk-gubuk kaum miskin.'
'Apakah engkau telah menemukanNya?' tanya sang Guru.
'Aku menipu diri, aku pendusta, kalau aku menjawab 'Ya'. Belum, aku belum menemukanNya. Bapak sudah?'
Apa yang dikatakan sang Guru kepadanya?
Cahaya
keemasan matahari senja menembus celah-celah kamar. Ratusan burung
gereja beterbangan dari sebuah pohon beringin di luar sambil berkicau
riang. Samar-samar terdengar deru kendaraan di jalan raya. Seekor nyamuk
berdengung di dekat telinga, memberi pertanda siap menggigit ... Namun
demikian, orang itu masih tetap duduk tepekur dan berkata, bahwa ia
belum menemukan Tuhan dan masih mencari-cariNya.
Sesudah menunggu sejenak, ia pun meninggalkan sang Guru dengan perasaan kecewa. Ia pergi mencariNya di tempat lain.
***
Ikan
kecil, berhentilah mencari! Tidak ada yang perlu dicari. Heninglah
sebentar, bukalah matamu dan lihatlah! Engkau tak mungkin lagi keliru.
Catatan:
01: Sanyasi = seorang Hindu yang telah meninggalkan segala urusan dunia (sanyasa, Hindu) untuk mencari Yang-Ilahi saja.Sumber :
Burung Berkicau,
Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka,
Cetakan 7, 1994