FIRMAN YANG MENJADI DAGING

FIRMAN YANG MENJADI DAGING


Ilustrasi Firman yang menjadi daging, sumber : di sini & di sini


TAFSIR FIRMAN YANG MENJADI DAGING

Ini kisah tentang seorang sahabat. 
Seorang yang menurut pengakuannya sendiri belakangan secara sadar memilih untuk jarang beribadat ... Beribadat lho ya, bukan beribadah.

Suatu hari menjelang Natal, Sahabat yang jarang pergi ke gereja tadi ke gereja untuk mengantar anaknya sekolah minggu. Ketika ia sampai di gereja, misa minggu pagi sudah selesai, sebab sekolah minggu memang diadakan setelah misa usai.

Melihat sahabat tadi memasuki pelataran gereja, seorang  umat menyindirnya "Tumben dateng, ada apa nih ?"
Teman tadi tak menjawab, justru balik bertanya "Pengen tau aja, apa bacaan hari ini".
Orang yang bertanya tadi menjawab "Itulah, makanya rajin ke gereja, jadi tau ... menjelang Natal gini pasti bacaan Injilnya Firman yang Menjadi Daging" ...

"Ooo gitu ya ?! ... Trus kalau menurut Sampean maksudnya gimana Mas ?" tanya Sahabat.
"Begini, kan pada awalnya Tuhan .... bla bla bla bla bla" ... Orang tadi menceritakan ulang kisah kelahiran Yesus ...
"Wah ribet ya ?!" kata Sahabat.
"Makanya rajin ke gereja, biar paham"   jawab orang tadi menggurui.

Teman tadi mengangguk-anggukkan kepala,
Lalu menukas "Seharusnya nggak serumit itu lho Mas".
"Seharusnya nggak serumit itu gimana ? Ya jelas-jelas arti Firman itu begitu ... Apa Sampean mau ngarang tafsir sendiri ?!" protes orang yang menjelaskan tadi.
"Bukan mengarang Mas, hanya pendapat ..."


TAFSIR PEMBEBASAN FIRMAN YANG MENJADI DAGING


ilustrasi Tukang Becak, sumber: di sini

"Coba gimana, saya pengen tau pendapatnya orang yang jarang ke gereja !" tukas temannya.
"Menurut saya sederhana saja kok ..." sahut Sahabat ...

Sahabat tadi  tidak meneruskan kata-katanya.
Ia malah melangkah menuju ke arah seorang tukang becak yang biasa mangkal di depan gereja.
Sementara temannya tadi mengikuti dengan penasaran ...

"Sugeng Enjang Pakde" -- terjemahan bebasnya kurang lebih : "Selamat pagi Pakde"
"Sugeng Enjang Mas... bade Mbecak ?!" (Selamat pagi Mas ... Mau (naik) becak ?!)
"Mboten Pakde, namung bade tanglet mawon... Sampun sarapan dereng ?!"  (Enggak Pakde, cuma mau tanya ... Sudah sarapan belum ?!)
"Wah, nggih dereng, lha wong dereng angsal penumpang ... " (Wah, ya belum, orang belum dapat penumpang)

Tanpa menunggu bapak tua tadi menyelesaikan kalimatnya, Sahabat tadi mengangsurkan selembar uang kepada bapak tua, dan berkata:
"Niki Pakde, kagem sarapan ... mugi-mugi dados daging njih " ...(Ini Pakde, untuk beli sarapan ... semoga jadi daging ya)

Teman yang berbincang dengan Sahabat tadi langsung melengos dan ngeloyor pergi dari situ ...
Sementara ia melangkah, ia masih mendengar Bapak  tua tadi mengucap:
"Waaaah, maturnuwun sanget Mas, nggih ... mugi-mugi dados daging lan tenogo ngge nggenjot becak"  (Waah, terimakasih sekali Mas, ya ... moga-moga jadi daging dan tenaga untuk genjot becak)


Juga suara Sahabat saya:
"Nggak rumit to jane Mas ?!"  (Nggak rumit kan sebenarnya Mas ?!)

Mulut teman sahabat saya terlihat komat-kamit nggrundel atas Tafsir Teologi Pembebasan "Firman yang Menjadi Daging" yang baru saja diperagakan oleh Sahabat  ...






Thomas Pras
11 Agustus 2011.

Pernah diposting di Kompasiana : Tafsir: Firman yang menjadi daging 

Catatan : 
- Sampean : Sebutan antar orang dewasa yang sebaya (Jawa)

- Pakde : Sebutan untuk laki-laki yang umurnya agak lebih tua dari umur bapak kita (Jawa) ...
Title: FIRMAN YANG MENJADI DAGING; Written by Thomas Prasasti; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar